Mengenal Nama Allah Ar-Rahman dan Ar-Rahim
Mengenal Allah akan memperkuat rasa takut dan muraqabah (merasa selalu diawasi oleh-Nya), memperbesar harapan di dalam hati, menambah keimanan seorang hamba, serta menghasilkan berbagai macam ibadah. Dengan pengenalan inilah perjalanan hati menuju Rabb-nya serta usahanya dalam meraih rida-Nya akan lebih cepat daripada laju angin yang bertiup, tanpa menoleh ke kanan ataupun ke kiri. [1]
Di antara nama Allah yang sering disebut dalam Al-Qur’an adalah “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim”. Nama ini menunjukkan keluasan rahmat Allah. Artikel ini akan membahas dalil, makna, serta konsekuensi dari nama ini dalam kehidupan seorang hamba. Semoga Allah memberikan taufik-Nya untuk kita semua. Aamiin.
Dalil nama Allah “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim”
Nama Ar-Rahman disebut dalam Al-Qur’an sebanyak lima puluh tujuh kali, di antaranya:
Firman-Nya,
إِن كُلُّ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْداً
“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi melainkan akan datang kepada Ar-Rahman sebagai hamba.” (QS. Maryam: 93)
Firman-Nya,
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy.” (QS. Ṭāhā: 5)
Firman-Nya,
الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْماً عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيراً
“Kerajaan pada hari itu hanyalah milik Ar-Rahman. Dan itu adalah hari yang berat bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Furqan: 26)
Adapun nama Ar-Rahim disebut sebanyak seratus empat belas kali, di antaranya:
Firman Allah Ta’ala,
إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Sesungguhnya Dia Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 54)
Firman-Nya,
إِنَّ اللّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sesungguhnya Allah terhadap manusia itu Maha Lembut lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 143)
Firman-Nya,
فَمَن تَابَ مِن بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ إِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Barangsiapa bertobat setelah kezaliman yang dilakukannya dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ma’idah: 39) [2]
Kandungan makna nama Allah “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim”
Untuk mengetahui kandungan makna dari kedua nama Allah tersebut dengan menyeluruh, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu makna kata “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim” secara bahasa, kemudian dalam konteksnya sebagai nama Allah Ta’ala.
Makna bahasa dari “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim”
Kedua kata, Ar-Rahman ( الرَّحْمَن ) dan Ar-Rahim ( الرَّحِيم ), berasal dari kata dasar yang sama, yaitu rahmah ( الرَّحْمَةِ ), yang bermakna kasih sayang, kelembutan, dan belas kasih. Keduanya dibentuk dalam pola yang menunjukkan bentuk mubalaghah (penekanan makna intensitas atau kelimpahan), namun Ar-Rahman memiliki tingkat mubalaghah yang lebih kuat dibandingkan Ar-Rahim. [3]
Ibnu Faris rahimahullah mengatakan,
(رحم) الرَّاءُ وَالْحَاءُ وَالْمِيمُ أَصْلٌ وَاحِدٌ يَدُلُّ عَلَى الرِّقَّةِ وَالْعَطْفِ وَالرَّأْفَةِ
“Akar kata “ر-ح-م” menunjukkan makna dasar kelembutan, kasih sayang, dan belas kasih.” [4]
Makna “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim” dalam konteks Allah
Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan firman ayat pertama dari surah Al-Fatihah, beliau menukil ucapan Abu ‘Ali Al-Farisi. Beliau mengatakan,
قَالَ أَبُو عَلِيٍّ الْفَارِسِيُّ: الرَّحْمَنُ: اسْمٌ عَامٌّ فِي جَمِيعِ أَنْوَاعِ الرَّحْمَةِ يَخْتَصُّ بِهِ اللَّهُ تَعَالَى، وَالرَّحِيمُ إِنَّمَا هُوَ مِنْ جِهَةِ الْمُؤْمِنِينَ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا} [الْأَحْزَابِ: 43]
“Abu ‘Ali al-Fārisī berkata, ‘Ar-Rahman adalah nama umum bagi seluruh jenis rahmat yang menjadi kekhususan Allah Ta’ala; sedangkan Ar-Rahim adalah rahmat yang bersifat khusus kepada kaum mukminin.’ Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), ‘Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.’ (QS. Al-Aḥzāb: 43).” [5]
Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Si’diy rahimahullah ketika menafsirkan ayat tersebut, beliau mengatakan,
{الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} اسمان دالان على أنه تعالى ذو الرحمة الواسعة العظيمة التي وسعت كل شيء، وعمت كل حي، وكتبها للمتقين المتبعين لأنبيائه ورسله. فهؤلاء لهم الرحمة المطلقة، ومن عداهم فلهم نصيب منها.
“Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah dua nama yang menunjukkan bahwa Allah memiliki rahmat yang sangat luas dan agung, yang meliputi segala sesuatu dan mencakup seluruh makhluk hidup. Namun, Allah menuliskan rahmat tersebut secara khusus bagi orang-orang yang bertakwa dan mengikuti para nabi dan rasul-Nya. Mereka inilah yang mendapatkan rahmat secara mutlak, sementara selain mereka mendapatkan bagian tertentu darinya.” [6]
Syekh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah mengatakan tentang makna kedua nama ini,
“Kedua nama ini disebutkan secara beriringan dalam banyak tempat di dalam Al-Qur’an. Masing-masing menunjukkan bahwa sifat rahmat adalah sifat tetap (melekat) bagi Allah. Namun, penyandingan keduanya menunjukkan bahwa rahmat itu tidak hanya sebagai sifat, tetapi juga sebagai tindakan nyata yang berdampak pada makhluk. Ar-Rahman bermakna Zat yang memiliki sifat rahmat. Ar-Rahim bermakna Zat yang memberikan rahmat kepada hamba-hamba-Nya.
Karena itu, Allah menyebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), “Dan Dia Maha Penyayang (rahiim) kepada orang-orang yang beriman” (QS. At-Taubah: 117), namun tidak pernah disebut: Rahman terhadap para hamba atau Rahman terhadap kaum mukminin. Hal ini karena Ar-Rahman datang dalam bentuk fa‘lān, yang menunjukkan sifat yang tetap, sempurna, dan melekat. Sementara Ar-Rahim menunjukkan sifat yang sampai kepada yang dirahmati, yaitu orang-orang beriman.
Maka dalam dua nama ini terdapat isyarat tentang kesempurnaan dan keluasan rahmat Allah yang meliputi segalanya. Semua kebaikan, nikmat, dan kebahagiaan yang ada di alam atas dan bawah adalah dampak dari rahmat-Nya. Demikian pula segala keburukan, bencana, dan penderitaan yang disingkirkan dari makhluk adalah bentuk lain dari rahmat-Nya. Sebab, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Dia, dan tidak ada yang mampu menolak keburukan selain Dia. Dialah yang Maha Pengasih di antara para pengasih.” [7]
Baca juga: Mengenal Nama Allah “Al-‘Aliim”
Konsekuensi dari nama Allah “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim” bagi hamba
Penetapan nama “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim” bagi Allah Ta’ala memiliki banyak konsekuensi, baik dari sisi sifat dan pengkhabaran terhadap Allah, maupun dari sisi hamba. Berikut ini beberapa konsekunsinya dari sisi hamba:
Mengimani bahwa “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim” sebagai nama Allah, dan menetapkan sifat rahmat bagi-Nya
Hal ini sebagaimana telah disampaikan di atas, tentang dalil dari kedua nama. Selain itu, wajib bagi kita untuk menetapkan sifat rahmat bagi-Nya, yang ini merupakan kandungan dari kedua nama tersebut.
Salah satu sifat Allah yang tetap dan kokoh berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah adalah sifat rahmat (kasih sayang). Ia adalah sifat kesempurnaan yang layak bagi keagungan Allah, sebagaimana sifat-sifat-Nya yang lain. Tidak diperbolehkan menolak atau menafsirkan sifat ini dengan makna yang menyimpang, karena hal tersebut termasuk bentuk penyimpangan terhadap nama-nama-Nya. Ibnul Qayyim rahimahullah telah membantah dengan panjang lebar pendapat bahwa rahmat Allah adalah majaz dalam kitabnya As-Ṣawā‘iq al-Mursalah ‘ala al-Jahmiyyah wa al-Mu‘aṭṭilah, dengan bantahan yang tidak ada tandingannya. [8]
Berhias diri dengan sifat rahmat
Akhlak kasih sayang termasuk akhlak yang mulia dan sangat dianjurkan dalam Islam. Allah memuji Rasul-Nya dengan sifat ini dalam firman-Nya,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyā’: 107)
Di antara nama Nabi ﷺ adalah Nabiyyur-Rahmah ( نبيُّ الرَّحْمة ).
Bahkan beliau juga memuji sahabat terbaiknya karena sifat ini. Dalam hadis disebutkan,
أرْحمُ أُمتي بأمتي: أبو بكر
“Orang yang paling penyayang terhadap umatku adalah Abu Bakar …” (HR. Ahmad, 3: 184; sahih)
Rasulullah ﷺ juga bersabda,
إنما يَرْحمُ اللهُ مِنْ عبَادِه الرُّحَمَاء
“Sesungguhnya Allah hanya merahmati hamba-hamba-Nya yang penyayang.”
Dalam riwayat yang lain,
لا يَرْحَمُ الله مِنْ عبادِه؛ إلا الرُّحَمَاء
“Allah tidak akan merahmati hamba-hamba-Nya kecuali yang penyayang.” (Muttafaqun ‘alaihi) [9]
Memperkuat rasa harap kepada Allah
Mengetahui betapa luas dan besarnya rahmat Allah akan menumbuhkan rasa harap (raja’) yang kuat dalam hati hamba. Ia akan menggantungkan seluruh kebutuhannya kepada Allah, menunjukkan rasa butuh dan ketergantungannya kepada-Nya, serta menyadari bahwa semua kebaikan hanya datang dari-Nya. Sebagaimana firman-Nya,
يَأَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Wahai manusia, kalian semua adalah orang-orang fakir (butuh) kepada Allah, sedangkan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Fāṭir: 15)
Rasa harap ini akan membuahkan berbagai bentuk ibadah lahir maupun batin, tergantung pada tingkat pengenalan dan ilmu seorang hamba terhadap Rabb-nya. [10]
Meningkatkan ketaatan kepada Allah
Seorang hamba, setiap kali ketaatannya semakin besar, kedekatannya kepada Rabb-nya semakin kuat, dan usahanya dalam mendekatkan diri kepada Allah semakin intens; maka akan semakin besar pula bagian rahmat yang layak ia terima. Hal ini ditegaskan dalam beberapa ayat, di antaranya firman Allah,
وَهَـذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan ini adalah Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan, penuh berkah. Maka ikutilah ia dan bertakwalah agar kalian dirahmati.” (QS. Al-An‘ām: 155)
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul agar kalian dirahmati.” (QS. An-Nūr: 56)
Ayat-ayat ini dan banyak lainnya menunjukkan bahwa rahmat Allah sangat erat kaitannya dengan ketaatan, takwa, dan amal ihsan seorang hamba. Semakin kuat hal itu dalam diri seorang mukmin, maka semakin dekat pula rahmat Allah kepadanya. [11]
Dan hanya kepada Allah-lah kita memohon, semoga Dia memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang saleh dengan rahmat-Nya, serta menganugerahkan kepada kita rahmat-Nya yang telah Dia tetapkan bagi para wali-Nya yang beriman. Sesungguhnya Dia Maha Dermawan lagi Maha Pemurah, dan Dia adalah Zat Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.
Baca juga: Mengenal Nama Allah “Al-Kabiir”
***
Brawijaya – Lampung Timur, 6 Syawal 1446
Penulis: Prasetyo Abu Ka’ab
Artikel Muslim.or.id
Referensi utama:
Al-Badr, Abdur Razzaq. 2015. Fiqhul Asma’il Husna. Cet. ke-1. Mesir: Dar ‘Alamiyah.
An-Najdi, Muhammad Al-Hamud. An-Nahjul Asma fi Syarhil Asma’il Husna. Kuwait: Maktabah Imam Dzahabi.
Catatan kaki:
[1] Fiqh al-Asmā’ al-Ḥusnā, hal. 18.
[2] Diringkas dari An-Nahju Al-Asma, hal. 75-78.
[3] Lihat: Tafsīr Ibni Katsīr, 1: 124; Tafsīr ath-Ṭabarī, 1: 124 dan 5: 530; lihat juga Al-Miṣbāḥ al-Munīr fī Gharīb Syarḥ al-Kabīr – al-Fayyūmī, 1: 223.
[4] Maqāyīs al-Lughah – Ibnu Fāris, 2: 498.
[5] Tafsīr Ibni Katsīr, 1: 125.
[6] Taysīr al-Karīm ar-Raḥmān, hal. 39.
[7] Fiqh al-Asmā’ al-Ḥusnā, hal. 97-98.
[8] Disarikan dari An-Nahjul Asma, hal. 80-85.
[9] Ibid, hal. 91.
[10] Fiqh al-Asmā’ al-Ḥusnā, hal. 33.
[11] Ibid, hal. 99.
Artikel asli: https://muslim.or.id/104611-mengenal-nama-allah-ar-rahman-dan-ar-rahim.html